CERITA RAKYAT DESA RABA KAB. BIMA

                             ASAL USUL TERJADINYA OI MIRO DAN OI LO
 Desa Raba Kecamatan Wawo Kabupaten Bima
Nusa Tenggara Barat



Pada sebuah desa bernama Desa Raba, Zaman dahulu kala ada seorang kakek yang bernama waro tinggal di sebuah lembah dekat dua buah sungai yang di apit oleh dua buah gunung. Sungai tersebut adalah sori nae yang berarti sungai besar.

Di zaman itu kakek itu sedang mengembara dari satu tempat ketempat lain. pada saat pengembaraanya kakek tersebut menempuh perjalanan jauh di dalam hutan rimba, setelah berhari-hari dia berjalan dengan memakai “Tiki miro” maka sampailah pada sebuah tempat. Tempat tersebut berada diatas gunung yang di tumbuhi oleh pohon jambu air yang buahnya bila di makan terasa agak kecut, kakek itu sambil duduk dan memungut buah jambu yang jatuh sembari memakannya.
Ditempat tersebut kakek itu menginap semalam, pada saat dia keahausan dia mencari mata air untuk minum sekitar gunung, dia menginap tapi tidak ditemukannya mata air. karena sudah letih sekali kakek itu mengantuk, sambil duduk dia tidur. Dalam tidurnya kakek itu bermimpi bertemu seorang yang memakai juba hijau dengan mengatakan kepada kakek “ Bila kamu ingin minum kamu tidak perlu mencarinya jauh jauh cukup mencari di tempat duduk mu ini, bagai mana caranya ?, orang itu menjawab gunakan Tiki Miromu (tongkat rotanmu) untuk menggalinya ”. Demikian kakek berdialog dalam mimpinya yang idah itu, Akhirnya dia terbangun dari tidur.
setelah bangun dari tidurnya kakek itu merenung dan mengingat kembali mimpinya. setelah diingat baik baik urutan dialognya dalam mimpi, maka dia mengambil tiki miro dan menggali tanah di bawah pohon jambu tempat dia duduk dan tidur, setelah menggali sedalam 30 cm maka memancarlah mata air yang jernih dan segar akhirnya dia mengambil batu batu dan membuatnya sumur air yang bagus.

gambar.1 Oi Miro
sumur yang dibuat oleh kakek itu hingga sa’at sekarang masih baik dan oleh orang orang di kampung pembuat cerita ini di beri nama “OI MIRO” yang berarti mata air yang muncul dengan menancapkan atau galian menggunakan tongkat dari rotan.

kembali pada kakek tersebut sudah beberapa hari dapat istirahat di tempat itu maka dia melanjutkan perjalanannya lagi kearah selatan. tidak jauh dari “OI MIRO” maka dia sampailah di sebuah padang rumput yang daerah ini menurutnya bagus untuk ditanami padi, tempat ini namanya adalah rangi.
Tidak jauh dari padang rumput itu maka mulailah di masuk lagi hutan rimba dengan jalan yang menurun dan berbatuan, karena jalannya kakek memakai tongkat maka kalau jalan menurun harus pelan pelan dan membutuhkan waktu yang lama . Karena waktunya mulai malam dan melelahkan kakek mencari tempat untuk istirahat dan tidur. Di bawah pohon besar kakek tidur. Dalam tidurnya kakek bermimpi bertemu orang yang sama dalam mimpinya yang pertama. Seperti sebelumnya orang dalam mimpinya memberi tahukan jika kamu ingin mandi dan minum, ambil patlo (pencil) dalam kantung mu tancaplah tiga kali di samping tempat tidurmu. kakek terbangun dari tidurnya dan memprakteknya, tidak lama kemudian maka memancarlah air yang bersih dan jernih. Dia mandi dan minum sepuasnya sembari mengucapkan “Alhamdulillah”.

gambar. 2 Oi Lo
 Hingga saat sekarang “OI LO” tersebut masih ada, oilo di ambil dari nama Patlo yang berarti pensil. Dari Oi Lo kakek kembali melanjutkan perjalanannya menurun gunung menuju sebuah lembah, Disana terdapat sebuah sungai besar (Sori Nae). Sesampainya di Sungai besar kakek mandi sepuasnya. Selesai mandi kakek mencari tempat yang teduh di bawah pohon yang rimbun di pinggir sungai tempat dia mandi. Dinilainya tempat tersebut cukup bagus untuk di jadikan tempat tinggal  maka pohon pohon yang rimbun tersebut di jadikan tempat tinggal hingga akhir hayatnya tempat tersebut namanya “ WARO”. Tempat itu setelah dia tiada maka hanyalah batu batu tempat duduknya yang masih ada, yang di anngap oleh masyarakat di sekitar batu tersebut adalah penjelmaannya.





Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR BAHASA BIMA (TANA’O NGGAHI MBOJO)

KAMUS BAHASA BIMA